BAB 1
Pendahuluan
1.1.
Latar belakang
Adapun
yang melatar belakangi penulisan makalah ini selain merupakan tugas individu juga merupakan materi
bahasan dalam mata pelajaran Biologi SMA. Dimana setiap siswa akan membahas materi
tentang virus.
Adapun dalam makalah ini akan dibahas tentang “Hepatitis” merupakan penyakit
peradangan pada hati yang disebabkan oleh Virus
Hepatitis.
Virus hepatitis , sebagai penyebab hepatitis virus telah banyak mengalami
perkembangan. Namun demikian untuk mendeteksinya kini dapat sehari jadi. Saat
ini, telah ditemukan jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A,
B, C, D, E, G dan TT (masih dalam tahap penelitian). Hepatitis yang berlangsung
kurang dari 6 bulan disebut “Hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih
dari 6 bulan disebut “hepatitis kronis”
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari
kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Penyakit hepatitis telah
menjadi masalah dunia saat ini. Diperkirakan sebanyak 400 juta orang di dunia
mengidap penyakit hepatitis B kronis. Sekitar 1 juta orang meninggal setiap
tahun karena penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis ini.
Penderita penyakit hepatitis C juga tercatat sangat besar, yaitu sekitar 170
juta orang di seluruh dunia.
Penyakit hepatitis juga menjadi masalah besar di Indonesia mengingat jumlah
penduduk Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk yang besar ini membawa
konsekuensi yang besar pula. Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan
pendidikan rendah dihadapkan pada masalah kesehatan terkait gizi, penyakit
menular serta kebersihan sanitasi yang buruk. Sedangkan penduduk dengan
golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi memiliki masalah kesehatan
terkait gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan jika saat ini penyakit
hepatitis menjadi salah satu penyakit yang mendapat perhatian serius di
Indonesia.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus
pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit
hepatitis B, ada sebuah asumsi bahwa 1 dari 20 orang di Jakarta menderita
hepatitis B. Demikian pula dengan hepatitis C yang merupakan satu dari 10 besar
penyebab kematian di Dunia. Angka kasus hepatitis C berkisar 0,5% hingga 4%
dari jumlah penduduk. Jika jumlah pendudik Indonesia saat ini adalah 220 juta
maka angka asumsi penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga 8,8 juta penderita.
Jumlah ini dapat bertambah setiap tahunnya mereka yang terinfeksi biasanya
tidak mengalami gejala-gejala spesifik sehingga tidak diketahui oleh masyarakat
dan tidak terdiagnosis oleh dokter. Carrier/pembawa virus hepatitis B dan C
berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit hepatitis B dan C.
1.2.
Tujuan Penulisan
Adapun
beberapa tujuan penulisan makalah ini antara lain :
- Sebagai bahan pengembangan materi bagi siswa
SMAN2 Bandar Lampung
- Sebagai bahan penilaian
terhadap tugas yang di berikan terhadap siswa dalam penyusunan makalah
1.3.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu virus hepatitis ?
2. Bagaimana
cara penularannya ?
3. Bagaimana
cara pencegahannya ?
BAB 2
Pembahasan
2.1. Pengertian
“Hepatitis”merupakan
penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus, bakteri, penyakit
autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis , sebagai penyebab
hepatitis virus telah banyak mengalami perkembangan. Saat ini, telah ditemukan
jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan TT
(masih dalam tahap penelitian).. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
disebut “Hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut
“hepatitis kronis”
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari
kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi
karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning
dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah
alkohol dan obat-obatan.
2.2.
Etiologi
Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab
utama hepatitis dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus
dan penyebab non virus. Sedangkan
insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non
virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia, pada
prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Hepatitis
B dan C dapat berkembang menjadi sirosis (pengerasan hati), kanker hati dan
komplikasi lainnya yang dapat mengakibatkan kematian.
Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit
kuning. Sebenarnya hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit
kuning ini antara lain adalah infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi
alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek samping
dari konsumsi obat-obatan maupun kehadiran parasit dalam organ hati (liver).
Salah satu gejala penyakit hepatitis (hepatitis symptoms) adalah timbulnya warna
kuning pada kulit, kuku dan bagian putih bola mata. Peradangan pada sel hati
dapat menyebabkan kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan semua bagian dari organ
hati (liver). Jika semua bagian organ hati (liver) telah mengalami kerusakan
maka akan terjadi gagal hati (liver) yang menyebabkan kematian.
2.3. Patofisiologi
Virus
atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa sampai
ke hati. di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi
kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGOT dan SGPT).
akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin
sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan ini
akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu
makan (anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin,
jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon
hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya
fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral racun. Aktivitas yang
berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat menghasilkan H2O2 yang
berdampak pada keracunan secara lambat dan juga merupakan hepatitis non-virus.
H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu yang
relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi
pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba / palpasi hati.
Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut.
Klasifikasi hepatitis viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang
khas, hepatitis yang tak khas (asimtomatik), hepatitis viral akut yang
simtomatik, hepatitis viral anikterik dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis
virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu hepatitis kronik
persisten, hepatitis kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif.
Virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas
badan (pireksia) didapatkan paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B
mempunyai masa inkubasi lama atau disebut dengan hepatitis serum.
Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu:
hepatotoksin-hepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi
hipersensitivitas terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik.
Obat-obat yang dapat
menyebabkan gangguan/kerusakan hepar adalah:
v Obat anastesi
v Obat antibiotik
v Obat antiinflamasi
v Obat antimetabolik dan
imunosupresif
v Antituberkulosa
v hormon-hormon
v obat psikotropik
v Lain-lain, contoh
phenothiazine
2.4. Gambaran klinis
Hepatitis
Gambaran
klinis dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
Ø Hepatitis kronik
o Secara klinis bervariasi
dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai perasaan lelah yang
sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi portal (asites,
perdarahan varises esofagus) menunjukkan penyakit pada stadium yang sudah
lanjut.
o Pemeriksaan biokimiawi
menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, transminase dan globulin serum.
o Gambaran histopatologis
memperlihatkan kelainan morfologis yang khas untuk hepatitis kronik.
Ø
Hepatitis akut
o Pada umumnya, hepatitis
tipe A, B, dan C mempunyai perjalanan klinis yang sama. Hepatitis tipe b dan c
cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan sering dihubungkan dengan
serum-sickness.
o Serangan yang teringan
tidak menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan naiknya transminase serum.
o Serangan ikterus
biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa prodmoral kurang lebih 3-4
hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa “tidak enak badan”,
menderita gejala digestif, terutama anoreksia dan nausea, dan kemudian ada
panas badan ringan; ada nyeri di abdomen kanan atas, yang bertambah pada tiap
guncangan badan; tak ada nafsu untuk merokok atau minum alkohol; perasaan badan
tak enak bertambah menjelang malam dan pasien merasa sengsara.
o Kadang-kadang dapat
menderita sakit kepala yang hebat.
o Hati dapat di palpasi
dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien.
o Setelah kurang lebih 1-4
minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan sembuh.
Ø Manifestasi Klinik
o Stadium Praikterik
berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia,
mual, muntah, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas, urin menjadi
lebih coklat
o Stadium Ikterik,
berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sclera, kemudian
pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah
anoreksia, dan muntah. Hati membesar dan nyeri tekan. Tinja mungkin berwarna
kelabu atau kuning muda. Serangan Ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai
dengan suatu masa prodromal, kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana
pasien umumnya merasa tidak enak makan, menderita gejala digestive terutama
anoreksia dan nausea dan kemudian ada panas badan ringan, ada nyeri di abdomen
kanan atas yang bertambah pada tiap guncangan badan. Masa prodormal diikuti
warna urin bertambah gelap dan warna tinja menjadi gelap, keadaan demikian
menandakan timbulnya ikterus dan berkurangnya gejala : panas badan menghilang,
mungkin timbul bradikardi. Setelah kurang lebih 1-2 minggu masa ikterik,
biasanya pasien dewasa akan sembuh. Tinja menjadi normal kembali dan nafsu
makan pulih. Setelah kelihatannya sembuh rasa lemah badan masih dapat
berlangsung selama beberapa minggu
o Stadium pasca ikterik.
Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi.Penyembuhan pada
ank-anak lebih cepat lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan
kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.
2.5. Penegakkan Diagnosa
Ø Pemerikasaan laboratorium
untuk deteksi hepatitis
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan
untuk memastikan diagnosis, mengetahui penyebab hepatitis dan menilai fungsi
organ hati (liver). Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hepatitis terdiri
dari atas tes serologi dan tes biokimia hati.
o Tes serologi adalah
pemeriksaan kadar antigen maupun antibodi terhadap virus penyebab hepatitis.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis.
o Tes biokimia hati adalah
pemeriksaan sejumlah parameter zat-zat kimia maupun enzim yang dihasilkan
jaringan hati (liver). Dari tes biokimia hati inilah dapat diketahui derajat
keparahan atau kerusakan sel dan selanjutnya fungsi organ hati (liver) dapat
dinilai.Beberapa jenis parameter biokimia yang diperiksa adalah AST (aspartat
aminotransferase), ALT (alanin aminotransferase), alkalin fosfate, bilirubin,
albumin dan waktu protrombin. Pemeriksaan ini biasa dilakukan secara berkala
untuk mengevaluasi perkembangan penyakit maupun perbaikan sel dan jaringan hati
(liver).
Ø Pemeriksaan HbsAg. Yakni
untuk mendeteksi adanya antigen virus dalam tubuh, sebagai penanda awal
terjadinya infeksi Hepatitis B.
Ø
Pemeriksaan
antiHBs. Untuk mendeteksi adanya kekebalan atau antibodi terhadap virus
Hepatitis B.
Ø Pemeriksaan IgM antiHBc.
Untuk mendeteksi antibodi terhadap HbcAg. (penanda pernah terinfeksi hepatitis
B).
Ø Pemeriksaan HbeAg dan Anti
Hbe. Untuk mendeteksi apakah sedang terjadi replikasi virus aktif atau tidak
dalam tubuh penderita.
Ø
Pemeriksaan
HBV DNA kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar proses replikasi virus
sedang terjadi di dalam tubuh. Tetapi hanya dilakukan bila penderita terinfeksi
Hepatitis B, sehingga dapat ditemukan pada tipe mutant.
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk melacak hepatitis virus C antara
lain dengan:
Ø Anti HCV. Untuk mengetahui
apakah penderita terpapar Hepatitis C.
Ø
HCV
RNA kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar aktifitas Virus Hepatitis C.
Saat ini, hasil pemeriksaan immunologi untuk deteksi hepatitis virus tersebut
selain HBV DNA dan HCV RNA, dapat diketahui segera (One Day Sevice/sehari
jadi). Perkembangan di bidang diagnostika laboratorium tersebut, tentunya akan
mempercepat penanganan oleh dokter, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang
tepat bagi penderita Hepatitis A, B maupun C.
2.6. Prognosis
Prognosis
pada penyakit hepatitis dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu:
Ø Infeksi hepatititis B
dikatakan mempunyai mortalitas tertinggi.
Ø Pasien yang agak tua atau
kesehatan umumnya jelek mempunyai prognosis jelek.
2.7. Komplikasi
Komplikasi
hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang
memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaaan ini dikenal sebagai hepatitis kronik
persisten, dan terjadi pada 5 % – 10 % pasien. Akan tetapi meskipun terlambat,
pasien-pasien hepatitits kronik persisten akan selalu sembuhkembali.
Setelah hepatitits virus akut sembuh, sejumlah kecil pasien akan mengalami
hepatitis agresif atau kronik aktif, dimana terjadi kerusakan hati seperti
digerogoti dan perkembangan sirosis. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun
akibat gagal hati atau komplikasi sirosis. Hepatitis kronik aktif dapat
berkembang aktif pada 50 % pasien HCV. Sebaliknya, Hepatitis kronik umumnya
tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Akhirnya, suatu komplikasi lanjut
dari suatu hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma
hepatoseluler.
2.7. Epidemiologi
a) Hepatitis A
Hepatitis
A merupakan tipe hepatitis yang paling ringan. Infeksi virus hepatitis A (VHA)
biasanya tidak sampai menyebabkan kerusakan jaringan hati (liver) yang parah.
Mayoritas mereka yang terinfeksi oleh virus ini dapat pulih sepenuhnya.
Hepatitis A menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh VHA.
Gejala Hepatitis A :
Gejala
awal seperti influenza, gastritis maupun artritis. Tetapi yang terutama adalah
adanya demam, lemah/lesu, mual, muntah, dan diare. Urin menjadi berwarna gelap
dan tinja berwarna pucat selama penderita mengalami kulit berwarna kuning atau
jaundice. Gejala hepatitis A biasanya berlangsung selama 3 – 6 minggu, dan masa
penyembuhannya secara klinis dan biokimiawi memerlukan waktu sampai 6 bulan.
Penularan Hepatitis A :
Penularan
hepatitis A terutama terjadi melalui makanan dan minuman (95%). Penularan lain
melalui kontak langsung dengan penderita, atau melalui pemakaian jarum suntik.
Kelompok yang berisiko
terhadap Hepatitis A :
Orang
yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak terjamin kebersihannya
berisiko untuk tertular hepatitis A. Terjadinya infeksi tambahan hepatitis A
pada pengidap kronik hepatitis B atau hepatitis C sering mengakibatkan
bertambah parahnya penyakit hati tersebut, sehingga menyebabkan gagal hati.
Pengobatan dan
pencegahannya :
Tidak
ada pengobatan yang spesifik terhadap hepatitis A. Istirahat dan gizi yang baik
dapat membantu mempercepat penyembuhan. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah
dengan :
- pola hidup yang baik dan bersih
- vaksinasi terhadap hepatitis A
Waktu pemberian dan dosis
vaksin :
Sedini
mungkin bagi anak mulai umur 2 tahun . Satu kali suntikan pertama, dan 6 bulan
berikutnya suntikan penguat (booster) dapat memberikan perlindungan
sekurang-kurangnya 10 tahun.
Yang harus divaksinasi :
Anak-anak
adalah prioritas untuk mendapatkan vaksinasi.
Untuk orang dewasa :
- orang yang tinggal di daerah endemis tinggi (Indonesia)
- pengelola makanan : catering, koki, pedagang makanan, dll
- dokter dan perawat
- tentara
- orang yang bepergian (travellers)
- penderita hepatitis C kronis atau penyakit hati kronis yang lain.
b) Hepatitis B
Prevalensi Hepatitis B
Pada
saat ini diperkirakan bahwa di dunia terdapat kira-kira 300 juta orang pengidap
Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg – carrier), dan dari jumlah ini sekitar 220
juta orang dan ini berarti bahwa hampir 78% berdiam di Asia. Data prevalensi
HBsAg di Indonesia sangat bervariasi, hal ini dapat dimengerti mengingat
Indonesia memiliki daerah yang sangat luas.
Dengan
prevalensi HBsAg 3 – 20% Indonesia digolongkan kedalam kelompok daerah endemis
sedang sampai dengan tinggi, dan termasuk negara yang sangat dihimbau oleh WHO
untuk segera melaksanakan usaha pencegahan terhadap hepatitis B.
Data-data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi
virus hepatitis B yang menetap timbul sebagai akibat infeksi pada waktu bayi
dan anak-anak. Makin muda usia seseorang terkena infeksi virus hepatitis B,
lebih besar kemungkinannya untuk menderita infeksi virus hepatitis B yang
menetap, dengan demikian lebih besar pula risiko untuk menjadi sirosis hati dan
kanker hati primer dikemudian hari.
Transmisi Virus Hepatitis B
secara vertikal dan Horizontal
Infeksi
pada bayi terjadi pada saat persalinan dari ibu pengidap HBsAg dan penularan
ini disebut sebagai penularan vertikal. Selain itu juga terdapat penularan
secara horizontal berupa kontak erat dengan pengidap hepatitis B.
Sumber Penularan Hepatitis
B
Darah
Dalam
perjalanan infeksi virus hepatitis B hati dan darah merupakan tempat yang
mengandung konsentrasi virus hepatitis B yang tertinggi.
Air Seni
HBsAg
dapat ditemukan dalam jumlah yang kecil dalam air seni penderita hepatitis akut
B dan pengidap dengan fungsi ginjal yang normal. Bukti yang nyata bahwa air
seni dapat menularkan infeksi tidak jelas.
Tinja Dan Sekresi Usus
Pada
waktu ini dianggap bahwa HBsAg tidak terdapat dalam tinja penderita hepatitis
akut B dan pengidap.
Air Liur
HBsAg
sering dijumpai pada air liur pada kasus hepatitis akut ataupun pengidap.
Walaupun air liur dapat mengandung sejumlah kecil partikel virus hepatitis B
namun agaknya daya infeksinya rendah.
Semen (cairan mani) Sekresi Vagina dan Darah
Menstruasi
HBsAg telah
dijumpai pada semen, baik pada kasus akut maupun pengidap, demikian pula pada
sekret vagina dan darah menstruasi. Kontak seksual merupakan salah satu
penularan HBsAg yang penting.
f.Air Susu,Keringat dan cairan tubuh yang lain
HBsAg telah dilaporkan dapat dijumpai pada air susu, keringat dan pada eksudat
seperti cairan ketuban dan cairan sendi. Namun peranan dalam penularan HBsAg
agaknya kecil.
Cara Penyebaran Virus
Hepatitis B
Penyebaran
virus hepatitis B dapat melalui berbagai cara :
A. Penularan melalui kulit
(perkutan)
Penularan
perkutan terjadi jika bahan yang mengandung HBsAg/partikel virus hepatitis B
intak masuk atau dimasukkan ke dalam kulit. Terdapat 2 keadaan cara penularan
ini:
Penularan perkutan yang nyata :
Terjadi jika bahan yang infeksius masuk melewati kulit; melalui penyuntikan
darah atau bahan yang berasal dari darah, baik secara intravena atau tusukan
jarum.
v
Hepatitis pasca transfusi
Hepatitis
virus B akut dapat timbul sebagai akibat transfusi darah yang mengandung HBsAg
positip.
Dengan melakukan uji saring darah donor terhadap adanya HBsAg, maka jelas
terdapat penurunan prevalensi kejadian hepatitis pasca transfusi.
v
Hemodialisa
Prevalensi
yang tinggi baik sebagai infeksi akut maupun kronik, telah dilaporkan pada
penderita dengan penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
berkala.
v
Alat suntik
Penularan
lewat suntikan dengan mempergunakan alat yang tidak steril, telah lama dikenal.
Sering sesudah imunisasi masal terjadi letupan hepatitis beberapa waktu
kemudian.
Penularan perkutan tidak nyata :
Penularan perkutan yang tidak nyata bisa terjadi. Banyak penderita mendapat
hepatitis virus B dan tidak pernah dapat mengingat bahwa mereka mendapat trauma
pada kulit atau hal lain, virus hepatitis B tidak dapat menembus kulit yang
sehat, namun dapat melalui kulit yang mengalami kelainan penyakit kulit.
Penularan yang tidak nyata ini sangat mungkin memegang peranan penting dalam
menerangkan jumlah pengidap HBsAg yang sangat besar.
Penatalaksanaan Hepatitis B
Akut
Pada dasarnya
terdapat 3 cara umum dalam penatalaksanaan hepatitis B virus akut
1. Tirah baring
Tirah baring telah merupakan suatu cara dalam mengobati suatu penyakit.
2. Diet
Pada
prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup kalori. Pada stadium dini
persoalannya ialah bahwa penderita mengeluh mual, dan bahkan muntah, disamping
hal yang menganggu yaitu tidak nafsu makan. Dalam keadaan ini jika dianggap
perlu pemberian makanan dapat dibantu dengan pemberian infus cairan glukosa.
3. Obat-obatan
Pada
saat ini belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki kematian/kerusakan
sel hati dan memperpendek perjalanan penyakit hepatitis virus akut.
Penatalaksanaan
Hepatitis Kronik
Tujuan
pengobatan tentu saja kita mengharapkan penyembuhan total dari infeksi virus
hepatitis B, kita mengharapkan bahwa virus tersebut dapat dihilangkan di dalam
tubuh dan terjadi penyembuhan penyakit hatinya. Hal ini ditandai dengan
menghilangnya HBsAg, DNA polymerase dan HBVDNA dan juga perubahan nilai SGOT
dan SGPT (enzim hati) ke dalam batas normal.
Macam pengobatan :
OBAT ANTI VIRUS
Interferon
Mempunyai
aktivitas biologik sebagai antiviral, antiproliferatif dan khasiat
imunomodulasi. Dari penelitian-penelitian terdahulu memang dilihat adanya
respons yang kurang dan hal ini disebabkan karena dosis yang rendah dan
pendeknya jangka waktu pengobatan. Dengan telah ditemukan cara DNA rekombinant
telah dapat dibuat alfa, beta dan gamma interferon dalam jumlah yang besar dan
sebagian problem diatas telah dapat diatasi.
Sasaran
utama dari Interferon pada hepatitis kronis adalah menekan permanen replikasi
virus atau membasminya sehingga dapat mencapai keadaan remisi penyakitnya.
Indikasi pemberian interferon umumnya diberikan pada stadium replikasi
(pembelahan virus) dan perjalanan hepatitis B kronik yang ditandai dengan
kenaikan enzim hati (transaminase), HBeAg dan HBV DNA serum yang positif selama
observasi 6 bulan. Salah satu interferon yang telah beredar luas di Indonesia
adalah INTRON AÒ
Pemberian
interferon sering disertai timbulnya efek samping yaitu menggigil, demam,
lemah, rambut rontok, berat badan turun, penekanan pada sumsum tulang, dan
perubahan lokal pada tempat suntikan.
c) Hepatitis C
Prevalensi Virus Hepatitis
C
Di
Indonesia prevalensi hepatitis C ditemukan sangat bervariasi mengingat luas
geografis yang sangat luas, selain itu juga terdapat variasi dari hasil
beberapa penelitian sehubungan dengan kelompok yang diteliti yang berlainan.
Hasil pemeriksaan pendahuluan anti-HCV pada donor darah di beberapa tempat di
Indonesia menunjukkan bahwa prevalensinya adalah diantara 3,1% sampai 4%.
Aspek Klinis Hepatitis C
Secara
klinik hepatitis C mirip dengan infeksi hepatitis B. Gejala awal tidak spesifik
dengan gejala gastrointestinal (pencernaan) diikuti dengan ikterus (kuning) dan
kemudian diikuti dengan perbaikan pada kebanyakan kasus.
Yang
menyolok adalah sebagian besar penderita yang terkena infeksi hepatitis C akan
menjurus menjadi kronik. Kejadiannya jauh lebih sering dibandingkan dengan
hepatitis B. Dilaporkan bahwa kira-kira 50% menjadi sirosis hati.
Kanker
hati dapat terjadi mengikuti sirosis hati yang disebabkan oleh hepatitis NANB.
Lamanya waktu sejak terjadinya pemberian transfusi darah dan kejadian penyakit
hati kronik sebagai berikut :
o 13 tahun dibutuhkan untuk
terjadinya hepatitis kronik aktif
o 12 tahun dibutuhkan untuk
terjadinya sirosis hati
o 18-24 tahun untuk perkembangan ke
arah karsinoma hepatoseluler
Belum
lama dilaporkan bahwa, kira-kira 50% kasus yang terinfeksi HCV akan menjadi
kronik dan dalam 20% akan menjadi sirosis hati namun penelitian terakhir
memperlihatkan angka kejadian kronik yang lebih tinggi lagi, yaitu bisa
mencapai angka 70%. Dengan pemeriksaan HCV-RNA dalam serum hati, telah diperlihatkan
bahwa angka infeksi yang menetap menjadi lebih tinggi lagi, yaitu antara
80-90%.
Penularan Hepatitis C
Parenteral (melalui darah)
Di
Amerika Serikat, dan Jepang penularan hepatitis C terjadi terutama melalui cara
parenteral, seperti transfusi darah atau produk darah. Populasi dengan risiko
tinggi terlihat pada hemodialisis (cuci darah) mereka yang sering mendapatkan
penyuntikan obat-obatan secara intravena, disusul oleh penderita hemofilia dan
thalasemia.
Kontak personal
Peran
kontak orang ke orang dalam penularan hepatitis C belum jelas. Penularan secara
kontak erat dengan penggunaan bersama alat cukur atau sikat gigi dalam keluarga
mungkin merupakan salah satu cara penularan.
§
Transmisi seksual
Hasil
penelitian akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa kontak seksual dengan banyak
partner heteroseksual atau dengan penderita hepatitis dapat berakibat
terjangkitnya penyakit.
§
Transmisi neonatal (bayi baru lahir)
Penularan
VHC dari ibu ke bayi melalui transmisi vertikal/perinatal namun demikian angka
kejadiannya kecil.
§
Transmisi non parenteral
Ditemukannya
antibodi pada para donor darah menunjukkan bahwa hepatitis C dapat ditularkan
melalui cara non parenteral.
Pencegahan dan Pengobatan
a.Pencegahan lebih penting
daripada pengobatan, yaitu dengan cara:
Kebersihan diri dan
lingkungan
v
Bila
akan donor darah, perlu di screning terhadap virus hepatitis C.
v
Jangan
pernah melakukan tatoo atau tindakan dengan jarum-jarum suntik yang tidak
steril.
v Menghindari hubungan intim
dengan wanita yang tidak kita kenal baik profesinya (partner yang tidak jelas).
v Memakai alat: sisir, pisau
cukur, sikat gigi, handuk, dsb. milik pribadi
v
Melakukan
general check-up lengkap paling lama setiap tahun, termasuk pertanda hepatitis
C.
b.Pengobatan
:
Satu-satunya
pengobatan terhadap hepatitis C kronik yang sudah diakuti sampai sekarang ialah
pemberian suntikan interferon selama paling sedikit 6 bulan – 1 tahun untuk
meng-inaktifkan virus hepatitis C dan menormalkan SGPT dan gambaran biopsi hati
menjadi tidak aktif lagi.
Interferon
telah digunakan pada hepatitis C tahun 1986. Pada laporan tersebut dinyatakan
pengobatan interferon alfa menormalkan SGPT dan memperbaiki gambaran histologi
pada 50% kasus setelah pengobatan dengan dosis 3 juta unit 3 kali seminggu.
Dikatakan
bahwa penderita yang akan memberikan respons baik biasanya telah memperlihatkan
SGOT dan SGPT yang menjadi normal dalam 3 bulan pertama. Relaps akan diperkecil
dengan memperpanjang masa pemberian interferon.
Perkembangan
akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa keberhasilan pengobatan dengan interferon
juga dikaitkan dengan genotip dari virus C, genoptip 1 termasuk yang sulit
diobati. Dianggap bahwa virus hepatitis C juga mengalami mutasi dan sering
terjadi reinfeksi pada seseorang. Karena itu sekarang terdapat kecenderungan
bahwa pengobatan segera dimulai pada tingkat awal penyakit hati kronik dengan
keadaan HCV-RNA yang rendah.
Masalah
yang dapat terjadi pada penggunaan interferon adalah timbulnya efek samping
yaitu rasa lemah, nyeri pada otot, demam, nafsu makan berkurang, gangguan
konsentrasi dan susah tidur.
Masalah
lain yang dihadapi adalah respons menetap yang hanya terjadi pada sebagian
pasien yang diterapi dengan interferon tunggal. Meskipun telah terjadi
serokonversi (HCV RNA menjadi negatif), beberapa bulan kemudian menjadi positif
kembali.
Dalam
hal tersebut, cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan dosis atau lama
pengobatan yang membawa konsekuensi meningkatnya efek samping maupun biaya
pengobatan. Akhir-akhir ini telah ditemukan Ribavirin suatu nukleosida analog
yang memiliki sifat antivirus termasuk HCV dan dapat digunakan secara oral
(diminum). Dari berbagai publikasi hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi
kombinasi Interferon (INTRON AÒ ) dan Ribavirin memberikan hasil respon menetap
(hilangnya HCV-RNA) dari darah) yang lebih besar (2-3x lebih besar)
dibandingkan terapi dengan terapi interferon tunggal.
BAB 3
Penutup
o Simpulan
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa”
berarti kaitan dengan hati, sementara “itis” berarti radang (Seperti di
atritis, dermatitis, dan pankreatitis) jadi Hepatitis
adalah peradangan
atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akibat infeksi virus, tetapi
dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik. Hepatitis berkaitan dengan sejumlah
hepatitis virus dan paling sering adalah hepatitis virus A, hepatitis virus
B, serta hepatitis virus C.
Etiologi hepatitis yaitu disebabkan
oleh beberapa virus diantaranya virus hepatitis A, virus hepatitis B,
dan virus hepatitis C. Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu
suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus,
penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik
Patofisiologi hepatitis yaitu
adanya pembengkakan atau edema hepar yang disebabkan oleh cedera dan
nekrosis mengakibatkan gagal hati fulminan dan kematian. Perubahan ini bersifat
reversibel sempurna bila fase akut penyakit mereda.
Manifestasi klinis hepatitis yaitu ditandai dengan mual-mual, lemah, lesu, anoreksia.
Terjadi selama beberapa hari dan mulai berkurang pada beberapa minggu. Jika
terjdi selama 4-7 hari maka sesaorang tersebut mengalami stadium parikterik.
Setelah menegalami satidum parikterik pasien akan mengalami stadium
ikterikI yaitu, berkurangnya rasa mual, muntah, dan lesu.
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan tentang
masalah aktual dengan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti yang dialami oleh
pasien. Seperti resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah,
diare, dan pendarahan, kemudian Defisit pengetahuan yang berhungan dengan
perawatan di rumah.
Penatalaksanaan hepatitis dapat dilakukan dengan
istirahat, diet, dan medikalmentosa. Obat yang dinilai bermanfaat untuk
pengobatan hepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat
tersebut adalah suatu protein selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh
sel tubuh kita.
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus
akut. Tirah baring selama fase akut penting dilakukan dan diet rendah lemak
dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh
penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu diberikan selama
fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu
dibatasi sehingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal. Pengobatan
alternatif untuk penyakit hepatitis sangatlah mahal, maka untuk pengobatan
lebih baik menggunakan obat tradisional. Namun pencegahan hepatitis dapat
dilakukan dengan imunisasi, yang dikarenakan adanya keterbatasan pengobatan
untuk penyakit hepatitis virus.
o Saran
1) Adapun
yang menjadi saran penulis kepada teman-teman agar kiranya dapat memahami
substansi dalam penulisan makalah ini serta mengimplementasikan dalam kehidupan
seharí-hari, karena mengingat betapa pentingnya mempelajari penyakit hepatitis.
2) Kepada
teman-teman penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang sehat,
menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi lingkungan
sekitar.
gambarnya gak kebuka? klik aja . tetep gak bisa ? ask @intansilabn