Karakter Remaja Indonesia
1. Semakin kreatif, karena semakin banyaknya fasilitas yang
mendukung
2. Semakin berani untuk berpendapat (percaya diri untuk beragumen)
2. Semakin berani untuk berpendapat (percaya diri untuk beragumen)
Kemudian di bawah ini ada beberapa Karakter Negatif dari
remaja Indonesia antara lain :
1.
Cenderung Malas karena dimanjakannya dengan
teknologi
2.
Semakin Boros karena banyaknya fasilitas yang
diinginkan
3.
Kurang menghargai diri sendiri
Jadi, kita sebagai remaja Indonesia yang akan meneruskan
perjuangan bangsa kita tercinta ini harus bisa memilah dan memilih karakter
kita agar bisa baik di kemudian hari.
Karakter
Remaja Kristen
Di dalam
kepribadian manusia itu, ada bagian yang bisa diubah & ada yang sulit/tidak
bisa diubah:
1.
Bagian yang bisa diubah: Sikap & Karakter. ’Karakter’ adalah
”bagian kepribadian yang berkaitan dengan ’teguh–tidaknya’ seseorang dalam
mematuhi etika perilaku atau dalam memegang pendirian/pendapat.” Karakter
cenderung merupakan hasil bentukan dari lingkungan, dan menyangkut pilihan-pilihan
seseorang dalam hidup ini.
2.
Bagian yang tidak bisa diubah: Sifat & Temperamen.
’Temperamen’ adalah ”kecenderungan bawaan seseorang dalam memberikan reaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.” Temperamen adalah
bawaan–lahir yang ada hubungannya dengan cairan-cairan dalam tubuh seseorang.
- Temperamen Sanguin: Tipe periang. Tapi kelemahannya adalah cenderung impulsive (bertindak mengikuti dorongan hati), bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Contoh Alkitab: Simon Petrus.
- Temperamen Flegmetik: Tipe yang cenderung tenang dan nampak tidak beremosi. Kelemahannya adalah cenderung menjadi orang yang egois. Contoh Alkitab: Abraham.
- Temperamen Melankolik: Orang yang perasaannya sensitif & perenung. Kelemahan orang melankolik adalah mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering murung. Contoh Alkitab: Nabi Musa.
- Temperamen Kolerik: Seorang kolerik berorientasi pada pekerjaan, dan pada tugas. Kelemahan orang kolerik adalah kurang mampu merasakan perasaan orang lain Contoh Alkitab: Rasul Paulus.
Karakter
Secara bahasa: Kata Inggris untuk “character” diturunkan dari kata Yunani: charaktêr, yang aslinya digunakan untuk menunjuk kepada ‘sebuah tanda yang tercetak pada sebuah koin’. Di kemudian hari, kata “character” umumnya diartikan sebagai ‘sebuah tanda pembeda dimana sesuatu dibedakan dari sesuatu lainnya’.
Secara filsafati: Aristoteles menyatakan ada dua kesempurnaan kemanusiaan: (1). Kesempurnaan pikiran, dan (2). Kesempurnaan karakter (êthikai aretai), atau biasa kita terjemahkan menjadi “keluhuran (-keluhuran) moral” atau “kesempurnaan (-kesempurnaan) moral”. Kata Yunani êthikos (ethical) di atas, berasal dari kata êthos (character). Jadi, ketika kita berbicara tentang ‘sebuah keluhuran moral’, kita juga sedang berbicara tentang ‘sebuah kesempurnaan karakter’. Disini, penekanannya tidaklah hanya pada ‘perbedaan’ atau ‘individualitas’, namun pada ‘kombinasi kualitas-kualitas yang menjadikan seseorang itu secara etis menjadi pribadi yang terhormat’.
Secara Alkitabiah: Ada dua ayat yang mencantumkan kata ’karakter’ ini:
1. Di dalam terjemahan Yunani dari Perjanjian Lama, yaitu: Imamat 13:28, ”bekas luka bakar”.
2. Di dalam Perjanjian Baru, yaitu Ibrani 1:3, terdapat kalimat, ”gambar yang nyata dari.”
Jadi, karakter adalah ’bentuk’ atau ’sesuatu yang tercetak’.
’Bentuk yang tercetak’ ini bisa berarti:
1. Untuk menunjukkan identitas.
Pola sidik jari yang tercetak di atas kertas/plastik/kaca, dipakai untuk menunjukkan identitas dari si pemilik jari. Sidik jari pertamakali digunakan secara resmi di Eropa sebagai tanda pengenal narapidana pada tahun 1858. Sejak tahun 1880-an, ilmu tentang sidik jari terus berkembang dan akhirnya dipakai hampir dimana-mana, sebagai alat tanda pengenal dalam bidang pengusutan kejahatan, untuk mengetahui identitas si penjahat. Atau bisa juga dibayangkan seperti koin mata uang. Apa yang tercetak di atas koin itu menjadi petunjuk ‘identitas’ nilai dari koin itu.
Demikian juga Kristus. Ibrani 1:3 menyatakan bahwa Ia adalah ‘gambar-wujud Allah’. Ia adalah karakter Allah. Ketika seseorang melihat kehidupan dan Pribadi Yesus Kristus, seseorang itu akan dapat melihat identitas Allah sendiri. Karena itu Yesus berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:9).
Demikian juga hidup orang Kristen. Allah ingin agar kita, anak-anakNya, memiliki karakter yang membuat orang mengenal identitas dari Bapa kita. Jadi apa dasar kita untuk membangun karakter yang baik? ’Sifat-sifat Allah’ sendiri. Jadi, saya baik, karena Allah baik; saya setia, karena Allah setia; dan seterusnya. Demikian, Allah rindu agar karakter kita mencerminkan karakter Allah Tritunggal, sehingga membuat oranglain mengenal, seperti apa, sih, Allah Tritunggal itu!
Beberapa ayat berikut menunjukkan lebih jelas bagaimana Allah menghendaki kita untuk bertumbuh mencerminkan Allah sendiri:
- 1 Petrus 1:15 – 16 ”...tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”
- Matius 5:48 ”Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
- Roma 8:29 ”Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”
- Filipi 2:5 ”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.2. Untuk menunjukkan status sah – kepemilikan.
Hewan ternak di cap pantatnya dengan besi panas yang sudah dibakar. Bentuk pola (luka bakar) yang tercetak itu, disebut ’karakter’, dan menunjukkan status sah – kepemilikan. Dengan melihat ’bentuk pola/luka bakar’ bekas cetakan itu, seseorang bisa tahu bahwa seekor ternak itu milik siapa; dan telah dibayar lunas oleh siapa!
Demikian juga hidup orang Kristen. Firman Tuhan dalam 1 Kor.7:23 & 6:20 menyatakan, ”Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia” dan ”muliakanlah Allah dengan tubuhmu!.” Jadi, dari dua ayat di atas kita mengetahui bahwa kita harus memiliki karakter:
a. Mau melayani Tuhan, dan...
b. Memuliakan Allah dengan tubuh kita.
Dengan menerapkan dua karakter di atas dalam hidup kita, orang akan melihat bahwa sesungguhnya kita adalah milik Tuhan & Tuhan itulah yang bertanggungjawab atas hidup kita! Jadi kalau ada orang yang macam-macam dengan kita, mereka berurusan dengan Tuhan! Kita adalah pribadi yang terhormat!
Jadi, kata “karakter” ini kemudian utamanya digunakan untuk menunjuk kepada “kumpulan kualitas-kualitas yang membedakan satu individu dari individu lainnya, dimana kualitas-kualitas itu menjadikan seseorang –secara etis– menjadi pribadi yang terhormat”. Oleh: Ev. Nurcahyo TP., M.Div
- Temperamen Sanguin: Tipe periang. Tapi kelemahannya adalah cenderung impulsive (bertindak mengikuti dorongan hati), bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Contoh Alkitab: Simon Petrus.
- Temperamen Flegmetik: Tipe yang cenderung tenang dan nampak tidak beremosi. Kelemahannya adalah cenderung menjadi orang yang egois. Contoh Alkitab: Abraham.
- Temperamen Melankolik: Orang yang perasaannya sensitif & perenung. Kelemahan orang melankolik adalah mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering murung. Contoh Alkitab: Nabi Musa.
- Temperamen Kolerik: Seorang kolerik berorientasi pada pekerjaan, dan pada tugas. Kelemahan orang kolerik adalah kurang mampu merasakan perasaan orang lain Contoh Alkitab: Rasul Paulus.
Karakter
Secara bahasa: Kata Inggris untuk “character” diturunkan dari kata Yunani: charaktêr, yang aslinya digunakan untuk menunjuk kepada ‘sebuah tanda yang tercetak pada sebuah koin’. Di kemudian hari, kata “character” umumnya diartikan sebagai ‘sebuah tanda pembeda dimana sesuatu dibedakan dari sesuatu lainnya’.
Secara filsafati: Aristoteles menyatakan ada dua kesempurnaan kemanusiaan: (1). Kesempurnaan pikiran, dan (2). Kesempurnaan karakter (êthikai aretai), atau biasa kita terjemahkan menjadi “keluhuran (-keluhuran) moral” atau “kesempurnaan (-kesempurnaan) moral”. Kata Yunani êthikos (ethical) di atas, berasal dari kata êthos (character). Jadi, ketika kita berbicara tentang ‘sebuah keluhuran moral’, kita juga sedang berbicara tentang ‘sebuah kesempurnaan karakter’. Disini, penekanannya tidaklah hanya pada ‘perbedaan’ atau ‘individualitas’, namun pada ‘kombinasi kualitas-kualitas yang menjadikan seseorang itu secara etis menjadi pribadi yang terhormat’.
Secara Alkitabiah: Ada dua ayat yang mencantumkan kata ’karakter’ ini:
1. Di dalam terjemahan Yunani dari Perjanjian Lama, yaitu: Imamat 13:28, ”bekas luka bakar”.
2. Di dalam Perjanjian Baru, yaitu Ibrani 1:3, terdapat kalimat, ”gambar yang nyata dari.”
Jadi, karakter adalah ’bentuk’ atau ’sesuatu yang tercetak’.
’Bentuk yang tercetak’ ini bisa berarti:
1. Untuk menunjukkan identitas.
Pola sidik jari yang tercetak di atas kertas/plastik/kaca, dipakai untuk menunjukkan identitas dari si pemilik jari. Sidik jari pertamakali digunakan secara resmi di Eropa sebagai tanda pengenal narapidana pada tahun 1858. Sejak tahun 1880-an, ilmu tentang sidik jari terus berkembang dan akhirnya dipakai hampir dimana-mana, sebagai alat tanda pengenal dalam bidang pengusutan kejahatan, untuk mengetahui identitas si penjahat. Atau bisa juga dibayangkan seperti koin mata uang. Apa yang tercetak di atas koin itu menjadi petunjuk ‘identitas’ nilai dari koin itu.
Demikian juga Kristus. Ibrani 1:3 menyatakan bahwa Ia adalah ‘gambar-wujud Allah’. Ia adalah karakter Allah. Ketika seseorang melihat kehidupan dan Pribadi Yesus Kristus, seseorang itu akan dapat melihat identitas Allah sendiri. Karena itu Yesus berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:9).
Demikian juga hidup orang Kristen. Allah ingin agar kita, anak-anakNya, memiliki karakter yang membuat orang mengenal identitas dari Bapa kita. Jadi apa dasar kita untuk membangun karakter yang baik? ’Sifat-sifat Allah’ sendiri. Jadi, saya baik, karena Allah baik; saya setia, karena Allah setia; dan seterusnya. Demikian, Allah rindu agar karakter kita mencerminkan karakter Allah Tritunggal, sehingga membuat oranglain mengenal, seperti apa, sih, Allah Tritunggal itu!
Beberapa ayat berikut menunjukkan lebih jelas bagaimana Allah menghendaki kita untuk bertumbuh mencerminkan Allah sendiri:
- 1 Petrus 1:15 – 16 ”...tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”
- Matius 5:48 ”Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
- Roma 8:29 ”Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”
- Filipi 2:5 ”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.2. Untuk menunjukkan status sah – kepemilikan.
Hewan ternak di cap pantatnya dengan besi panas yang sudah dibakar. Bentuk pola (luka bakar) yang tercetak itu, disebut ’karakter’, dan menunjukkan status sah – kepemilikan. Dengan melihat ’bentuk pola/luka bakar’ bekas cetakan itu, seseorang bisa tahu bahwa seekor ternak itu milik siapa; dan telah dibayar lunas oleh siapa!
Demikian juga hidup orang Kristen. Firman Tuhan dalam 1 Kor.7:23 & 6:20 menyatakan, ”Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia” dan ”muliakanlah Allah dengan tubuhmu!.” Jadi, dari dua ayat di atas kita mengetahui bahwa kita harus memiliki karakter:
a. Mau melayani Tuhan, dan...
b. Memuliakan Allah dengan tubuh kita.
Dengan menerapkan dua karakter di atas dalam hidup kita, orang akan melihat bahwa sesungguhnya kita adalah milik Tuhan & Tuhan itulah yang bertanggungjawab atas hidup kita! Jadi kalau ada orang yang macam-macam dengan kita, mereka berurusan dengan Tuhan! Kita adalah pribadi yang terhormat!
Jadi, kata “karakter” ini kemudian utamanya digunakan untuk menunjuk kepada “kumpulan kualitas-kualitas yang membedakan satu individu dari individu lainnya, dimana kualitas-kualitas itu menjadikan seseorang –secara etis– menjadi pribadi yang terhormat”. Oleh: Ev. Nurcahyo TP., M.Div
Karakter menurut kebanyakan orang :
1.
Memiliki
kasih
2. Mengampuni, mengasihi sesama
3. Kreatif, inovatif, berani, percaya diri
4.
Tidak
angkuh, sombong dan aroganan
Club TITIAN HATI http://titianhaticlub.com Merealisasi program NAWASITA dari Bp Jokowi, kami tergerak untuk membuat program dalam membina karakter anak remaja, sebagai akar dari sebuah generasi. Kami mengambil dasar dari buku REVOLUASI MENTAL , MAKNA DAN REALISASI, HIMPSI, Himpunan Psikolog Indonesia
BalasHapus